Translate

Senin, 28 Januari 2013

LANJUTAN MERANCANG PRODUK

kembali ke artikel utama...


LANJUTAN MERANCANG PRODUK
D.  Keputusan Lini Produk
            Dalam menawarkan lini produk, perusahaan-perusahaan biasanya menciptakan platform dan modul dasar yang dapat ditambahkan untuk memenuhi tuntutan pelanggan. Pendekatan moduler ini memungkinkan perusahaan tersebut menawarkan berbagai variasi sambil menurunkan biaya produksi. Manajer-manajer lini perlu mengetahui penjualan dan laba setiap barang lininya untuk menentukan barang mana yang harus dikembangkan, dipertahankan, diambil hasilnya, atau dilepaskan. Mereka juga perlu memahami profil pasar setiap lini produk. Selain itu, manajer lini produk juga harus menganalisa bagaimana lini tersebut diposisikan terhadap lini pesaing (pemetaan produk). Manfaat dari pemetaan produk ini antara lain adalah untuk mengindentifikasi segmen pasar.
Suatu perusahaan dapat menggolongkan produk-produknya menjadi empat tipe yang  menghasilkan margin kotor yang berbeda, bergantung pada volume penjualan dan promosinya, yakni produk inti, kebutuhan pokok, kekhususan, barang mudah. Perusahaan-perusahaan yang melayani pasar menengah mungkin memutuskan untuk merentangkan lininya ke kedua arah. Lini produk dapat juga diperpanjang dengan menambah lebih banyak jenis produk dalam rentang lini sekarang. Ada beberapa motif untuk melakukan pengisian lini (line filling) yakni dengan cara memperoleh tambahan laba, berupaya memuaskan penyalur yang mengeluhkan kehilangan penjualan karena tidak memiliki jenis produk dalam lini tersebut, berupaya memanfaatkan kapasitas yang berlebihan, berupaya menjadi perusahaan terdepan dengan lini lengkap, dan mencoba menutup lubang agar tidak diisi pesaing.
Pengisian lini dianggap berlebihan jika hal itu mengakibatkan kanibalisasi diri sendiri dan pelanggan bingung. Perusahaan tersebut perlu melakukan diferensiasi masing-masing jenis barang dalam benak pelanggan. Setiap jenis produk seharusnya memiliki perbedaan yang benar-benar dapat dikenali. Selain itu, perusahaan tersebut juga seharusnya memastikan bahwa jenis produk yang diusulkan tersebut memenuhi kebutuhan pasar bukan ditambahkan semata-mata hanya untuk memuaskan kebutuhan internal. Lini produk perlu dimodernisasi. Dalam pasar produk yang berubah cepat, modernisasi dilakukan terus-menerus. Perusahaan-perusahaan merencanakan penyempurnaan untuk mendorong perpindahan pelanggan ke jenis produk yang bernilai lebih tinggi dan berharga lebih tinggi. Masalah utamanya adalah menentukan waktu yang tepat untuk penyempurnaan tersebut agar hal itu tidak tampak terlalu dini (sehingga mengganggu penjualan lini sekarang) atau terlalu lambat (setelah pesaing membangun reputasi yang kuat untuk peralatan yang lebih maju).
Manajer lini produk tersebut biasanya memilih satu atau beberapa jenis produk dalam lini itu untuk ditonjolkan. Pada saat yang lain, manajer akan menonjolkan jenis produk lapis atas untuk memberikan gengsi kepada lini produk tersebut. Kadang-kadang perusahaan menemukan salah satu lapisan lininya laku keras dan lapisan lainnya tidak laku. Perusahaan tersebut mungkin akan mencoba menaikkan permintaan untuk produk yang penjualannya lebih lambat, khususnya jika produk tersebut dihasilkan di pabrik yang menganggur karena kekurangan permintaan. Manajer-manajer lini produk secara berkala harus mempelajari lini untuk melihat produk yang tidak menghasilkan lagi sehingga menekan laba. Jenis-jenis produk yang lemah tersebut dapat dikenali melalui analisis penjualan dan biaya. Pemangkasan juga dilakukan apabila perusahaan tersebut mengalami kekurangan kapasitas produksi. Perusahaan-perusahaan biasanya memperpendek lini produknya pada masa-masa permintaan tinggi dan memperpanjang lininya pada masa-masa permintaan lambat.

E.     Keputusan Bauran Produk
Bauran produk (product mix) adalah kumpulan semua produk dan barang yang ditawarkan penjual tertentu dengan harga murah. Bauran produk suatu perusahaan memiliki lebar, panjang, kedalaman, dan konsistensi tertentu. Lebar suatu bauran produk mengacu pada berapa banyak lini produk yang berbeda dimiliki perusahaan tersebut. Panjang suatu bauran produk mengacu pada jumlah seluruh barang dalam bauran tersebut. Kedalaman suatu bauran produk mengacu pada berapa banyak jenis yang ditawarkan masing-masing produk dalam lini tersebut. Sedangkan, konsistensi bauran produk tersebut mengacu pada seberapa erat hubungan berbagai lini produk dalam penggunaan akhir, ketentuan produksi, saluran distribusi, atau hal-hal lainnya.
Keempat dimensi bauran produk ini memungkinkan perusahaan tersebut memperluas bisnisnya dengan empat cara. Perusahaan tersebut dapat menambah lini produk baru, sehingga memperlebar bauran produknya. Perusahaan itu dapat memperpanjang setiap lini produk. Perusahaan itu dapat menambah lebih banyak jenis produk ke dalam setiap produk dan memperdalam bauran produknya. Akhirnya, suatu perusahaan dapat melakukan konsistensi lini produk yang lebih kuat.



F.     Keputusan Produk Internasional
Liberalisasi perdagangan dunia yang sedang dan akan berlangsung merupakan tantangan yang dihadapi di masa depan. Bagi negara yang mampu meningkatkan daya saingnya, berkesempatan untuk memperbesar pangsa pasarnya baik di pasar internasional maupun di pasar domestic. Sebaliknya negara-negara yang tidak mampu meningkatkan daya saingnya akan terdesak oleh para pesaingnya. Oleh karena itu, untuk menghadapi liberalisasi perdagangan tersebut bagi Indonesia tidak ada pilihan kecuali mempercepat peningkatan daya saing. Pengertian daya saing dapat diterjemahkan dari sisi permintaan (demand side) dan sisi penawaran (supply side).
Dari sisi permintaan, kemampuan bersaing mengandung arti bahwa produk yang dijual haruslah produk yang sesuai dengan atribut yang dituntut konsumen atau produk yang dipersepsikan bernilai tinggi oleh konsumen (consumer’s  value perception). Dalam kaitan ini, dewasa ini telah terjadi sejumlah perubahan nilai pada konsumen yang mempengaruhi perilaku dalam membeli suatu produk. Perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Pertama, Meningkatnya kesadaran konsumen telah pula meningkatkan tuntutan konsumen akan produk-produk yang bagus (good) dan aman (safety). Kedua, Perubahan gaya hidup (life style) masyarakat telah merubah pola dan gaya konsumsi produk-produk yang bukan sekadar berdimensi fisiologis akan tetapi telah meluas pada dimensi psikologis dan kenikmatan (amenities). Perubahan ini menyebabkan meningkatnya tuntutan keragaman produk dan keragaman kepuasan. Ketiga, Meningkatnya kesadaran masyarakat internasional akan kaitan antara kelestarian lingkungan hidup dengan kesejahteraan manusia di planet bumi, telah mendorong masuknya aspek kelestarian lingkungan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Suatu produk yang dalam proses produksinya dan atau konsumsinya menimbulkan kemerosotan mutu lingkungan hidup (air, tanah, udara) akan dinilai sebagai produk yang inferior. Sebaliknya, produk yang proses produksinya atau konsumsinya dapat memperbaiki mutu lingkungan hidup akan dinilai sebagai produk yang superior, dan Keempat, Meningkatnya kesadaran masyarakat internasional akan hak-hak asasi manusia (HAM) sebagai salah satu nilai bersama (global value) yang turut dipertimbangkan dalam keputusan ekonomi. Produk-produk yang secara langsung atau tidak langsung melanggar hak-hak asasi manusia (HAM) dalam proses produksinya akan mengalami pemboikotan (embargo) di pasar internasional.
            Keempat perubahan tersebut di atas telah merubah perilaku konsumen dalam mengevaluasi suatu produk yang akan dibeli. Bila di masa lalu konsumen hanya mengevaluasi suatu produk berdasarkan atribut utama yakni jenis dan harga, maka dewasa ini dan terlebih-lebih di masa yang akan datang, konsumen sudah menuntut atribut yang lebih rinci. Atribut rinci yang dimaksud adalah (1). Atribut keamanan produk (safety attributes); (2) Atribut nilai (value attributes); (3) Atribut pengepakan (package attributes); (4) Atribut lingkungan (ecolabel attributes); dan (5) Atribut kemanusiaan (humanistic attributes). Atribut-atribut tersebut telah melembaga baik secara internasional maupun secara individual negara (menjadi standar mutu produk setiap negara).
            Sementara, dari sisi penawaran, kemampuan bersaing berkaitan dengan kemampuan merespons perubahan atribut-atribut produk yang dituntut oleh konsumen secara efisien. Kemampuan merespons ini menyangkut dua hal pokok. Pertama, Integrasi vertical mulai dari hulu sampai ke hilir dari suatu sistem komoditas pada suatu alir produk (product - line). Atribut suatu produk akhir merupakan hasil kumulatif dari semua sub sistem dari hulu sampai ke hilir. Karena itu, pengelolaan secara integrasi vertical suatu sistem yang menjamin transmisi informasi pasar secara sempurna dan cepat dari hilir ke hulu, meminimumkan margin ganda, dan menjaga konsistensi mutu produk dari hulu ke hilir, akan menentukan ketepatan dan kecepatan merespons perubahan pasar. Kedua, Sumber kekuatan sistem dan usaha dalam merespons perubahan pasar. Untuk merespons atribut-atribut produk yang dituntut konsumen, sistem tidak dapat hanya mengandalkan kekuatan alam dan sumberdaya manusia tak terdidik (factor driven). Perubahan-perubahan pasar hanya dapat direspons dengan kekuatan barang-barang modal dan sumberdaya manusia yang lebih terdidik (capital driven) dan mengandalkan ilmu pengetahuan teknologi dan sumberdaya manusia terampil (innovation driven).
            Hal-hal tersebut merupakan tantangan pembangunan dalam menghadapi perubahan pasar yang mendasar dan cepat. Pengelolaan pembangunan harus mampu membangun kelengkapan dan keutuhan suatu product-line serta menjadikan sumberdaya manusia terampil, barang-barang modal dan inovasi teknologi sebagai sumber peningkatan produktivitas, nilai tambah dan sekaligus menjadi kekuatan dalam merespons perubahan pasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar