MEMPROMOSIKAN PRODUK
Paradigma
Baru Menjual
Paradigma baru dalam penjualan sekarang ini telah
berubah, seiring dengan perkembangan teknologi, informasi yang diperoleh
konsumen semakin banyak,sehingga pembeli semakin pintar, sekarang adalah eranya
pembeli.Yang menentukan adalah pembeli bukan lagi penjual, suaranya konsumen
harus mulai didengar karena pasarnya telah berubah menjadi buyers market .Memproduksi
barang boleh dikatakan tidak lagi menjadi masalah bagi para manajer
produksi.Memproduksi barang memang perlu, menghasilkan barang yang bermutu
tinggi juga perlu, tapi apabila bagian pemasaran tidak bisa membawa produk
tersebut ke konsumen, tidak ada artinya apa-apa.Selain itu pasar juga telah
berubah dari sellers market ke buyers market, bukan lagi perusahaan yang lebih
besar akan mencaplok perusahaan yang lebih kecil.Tapi perusahaan yang lebih
cepat bergerak akan mencaplok mereka yang lambat.
Satu dasawarsa lalu misalnya produk toiletries masih
diarahkan pada pemasaran 4P yaitu product-price-place dan promotion.Unileverlah
yang pertama kali menomorduakan konsep diatas,sebagai gantinya mereka
mengadopsi konsep STP, istilah baru dari pakar pemasaran Philip Kotler
singkatan dari Segmentation, Targeting dan positioning.Segmentaasi berguna
untuk membagi pasar dalam kelompok-kelompok tertentu,target untuk mengenali
sasaran sedangkan positioning berguna untuk membedakan suatu produk dengan
produk lain di pasar. Produk harga distribusi dan promosi dijabarkan dari tiga
hal itu.
Supaya segmentasi
berhasil, jelas perlu diciptakan banyak merek dan merek-merek tersebut disetiap
segmen harus kuat, caranya banyak tetapi terutama promosi di media massa.
Dengan situasi yang selalu diburu target ini, penentuan
ketepatan segmen pasar sangat penting .Menghabiskan sumber daya untuk menarik
segmen yang keliru adalah pemborosan .maka tugas kita untuk mengajarkan konsep
segmentasi dan targeting secara praktis kepada account eksekutif dan sales
eksekutif dan sejenisnya.
Tujuannya agar mereka bias memahami pasar, memilih pasar
yang paling menarik , dan memprioritaskan sumber dayanya pada segmen
terpilih sehingga produktivitasnya
meningkat.Segmen pasar yang ukurannya besar, pertumbuhannya pesat, dan tingkat
kompetisinya rendah adalah segmen pasar yang paling menarik.
Namun faktanya susah sekali menemukan segmen yang
seideal itu karena di segmen pasar yang ukurannya besar biasanya
pertumbuhannnya tidak terlalu cepat dan pesaingnya banyak.
Sebaliknya di pasar yang ukurannya kecil biasanya
pertumbuhannya lebih tinggi dan pesaingnya relative lebih sedikit .Untuk
memenangkan segmen yang lebih besar, dibutuhkan segmen yang besar dan sumber
daya yang besar. Detailnya bagaimana lihat paragap berikut ini :
Lihat
Pasar secara kreatif Untuk melakukan Promosi
Pasar pada dasarnya tidak bias dipilah-pilah mengikuti
standar tertentu, setiap individu pada dasarnya tidak bias disamakan dengan
individu lain, lebih baik memakai istilah identifikasi kebutuhan dan keinginan
daripada memilah kebutuhan dan keinginan pelanggan untuk segmentasi.Contohnya
apakah tukang becak yang menurut riset kantitatif berada di strata sosial bawah kalau merokok
selalu pakai rokok murah seperti Minak Djinggo, Djarun 76 ?. Jawabnya, tidak
selalu ! memang mereka rutin membeli rokok murah, namun mereka juga membeli
rokok sekelas Dji sam soe, Sampoerna atau
bahkan Marlboro, meski hanya satu atau dua batang, lalu disempilkan di
telinga. Mengapa ? karena mereka ingin terlihat sebagai perokok Dji Sam Soe,
Sampoerna atauMarlboro ketimbang rokok
murahan.
Seorang sopir membeli oli impor, ditanya “mengapa kamu beli oli itu,
bukannya motormu sudah butut ? “ jawabnya “ motor boleh butut, pak.Yang penting
olinya mahal!
Oli ternyata menjadi kebanggaan juga bagi masyarakat “bawah” selain
rokok.Padahal produsen rokok dan oli mahal tidak pernah memasukan segmen sopir
atau tukang becak sebagai target marketnya.
Ini membuktikan
bahwa pelanggan sebenarnya sulit disegmenkan karena perilaku mereka yang
cenderung tidak pasti, kadang di segmen premium kadang disegmen ekonomi.Makanya,
metode segmentasi yang hanya didasarkan pada demografik, geografik, atau
psikografik semata, cenderung bias.Apalagi jika hasilnya dipakai untuk dasar
pengambilan keputusan .
Segmentasi geografik membagi pasar berdasarkan wilayah
daerah pemasaran, sudah pasti jauh dari kenyataan sekarang dimana pragmentasi
pasar terjadi dimana-mana.Jangankan dalam antar propinsi digolongkan dalam satu
kluster,karakter orang di lain kabupaten saja sekarang sudah berbeda.Para field
marketer harus sensitif terhadap perbedaan ini mungkin isi promosi
marketingnya sama namun cara
penyampaiannya yang sebaiknya
disesuaikan.Misalnya untuk program
promosi penjualan di kota Yogjakarta sasarannya adalah pasar modern
sementara kalau di Bantul atau Kulon Progo sasarannya adalah pasar tradisional.
Sementara untuk aktivitas Below The Line, mungkin untuk
masyarakat kota
Yogjakarta sasarannya lebih pada individual.Sedangkan untuk Bantul dan Kulon
Progo berangkali sasarannya pada komunitas
dengan memanfaatkan aktivitas kemasyarakatan seperti ronda jaga malam,
arisan atau kerja bakti.
Begitu juga dengan pemilihan endorser, mungkin untuk kota Yogjakarta dipakai
cendikiawan muda yang sedang popular, sedangkan untuk Bantul dan Kulon
Progo,berangkali memakai endorser kyai sepuh
Oleh karena itu melihat pasar secara kreatif kemudian
memilih satu atau dua segmen pasar yang sesuai dengan strategi marketing yang
akan diterapkan .Tak usah melihat pesaing, atau malah mencoba memasuki segmen
pesaing.Justru dengan segmentasi ini kita bisa mencoba mencari area-area
alternatif yang belum tercemar atau lazim disebut “ blue ocean “ kemudian kita
mencoba berbagai alternatif promosi melalui tenaga mereka, disini tidak
perlu dengan biaya yang mahal.
Metode praktis Segmentasi
Dan Tageting Untuk Promosi
Segmentasi paling
gampang sekaligs efektif adalah dengan mendasarkan pada tiga hal, yaitu
kualitas (quality), harga (price), dan nilai (Value), kenali setiap pelanggan
berdasarkan parameter ini, baru kemudian melangkah ke atribut yang lain .Lihat
apakah mereka lebih berorientasi pada kualitas, harga ataukah nilai.
Jika mereka
mengatakan “ pokoknya tolong carikan barang yang bagus dengan harga yang tidak
lebih dari 5 juta” maka yakinkanlah diri anda bahwa dia berasal dari segmen harga .
Lain lagi jika
mereka bilang “ pokoknya aku ingin ngelabanya Patrio yang mengisi acara
gathering perusahaan” mereka ini pasti termasuk yang berorientasi segmen
kualitas karena berangkatnya dari pertimbangan emosional, yang fanatic kepada
merk tertentu.Kalau tidak mobil enam silinder tidak mau; makan siang kalau
tidak di restoran hotel berbintang tidak mau, dan lain sebagainya.
Segmen pelanggan
terakhir adalah pelanggan yang berorientasi nilai (value) , golongan pelanggan
ini termasuk smart customer, karena sebelum membeli mereka selalu
memperhitungkan manfaat.
Pelanggan business
to business umumnya berorientasi pada nilai,.Perusahaan besar yang membeli
traktor baru dari Trakindo atau nited traktor biasanya akan mengecek harganya,
biaya perawatannya, umur ekonomisnya, kemampuan teknisnya, dukungan suku cadang
dan layanan purna jual sebelum membeli.
Lain halnya dengan petani dan kontraktor musiman yang memakai traktor dalam jangka pendek,
harga bagi mereka adalah segalanya.Para kontraktor dan petani ini adalah contoh
pelanggan yang berorientasi harga.
Dari segmentasi itu
kita memutuskan untuk mengambil segmen tradisional value sebagai target promosi
utama .Pertanyaanya adalah, eksekusi apa yang harus kita lakukan?
Diasumsikan pasar yang akan kita ambil adalah Jakarta,
maka langkah pertama yang akan diambil adalah membagi areal Jakarta manjadi
beberapa daerah ,misalnya lima- Jakarta Pusat, Jakarta barat, Jakarta Selatan
,Jakarta Timur dan Jakarta Utara.
Kemudian teruskan dengan langkah kedua, mengenali
komunitas yang paling berpengaruh kemudian menjadi pengguna/konsumen produk
yang kita promosikan, Ingat segmen tradisional adalah segmen yang mengedepankan
nilai kebersamaan.
Langkah ketiga adalah menentukan prioritas komunitas
yang akan dijamah.Komunitas yang akan dimasuki adalah komunitas yang gampang
disasar dan dinilai akan membawa dampak berantai ke komunitas lain.Misalnya
dengan masuk ke salah satu tempat nongkrong makan roti yang disukai,ambil
contoh roti baker Edi di Jakarta selatan.Dengan menyasar roti baker Edi sebagai
tempat promosi, kita prediksikan akan ada efek berantai.
Untuk melakukan strategi masuk ke komunitas baru atau
masuk ke segmen besar adalah : pertama, mencari komunitas yang paling relevan
dengan nilai yang dipilih. Kedua, mencari komunitas yang kohesivitasnya kuat.Keempat,
memilih opinion leader yang paling cocok, contoh langkah yang ditempuh Kecap
Cap bango dan the botol Sosro yang menyasar warung makan yang dianggap
berpengaruh disuatu wilayah.Dengan mengklaim oseng-oseng Mercon di jogyakarta
memakai kecap cap bango dan teh Sosro minumnya.Dengan hal ini diharapkan warung
yang lainnya akan menggunakan kecap bango dan the sosro.Sehingga dapat
dijadikan opinion leader untuk warung lainnya.
Diharapkan menjadi image “ kalau Oseng-Oseng Mercon
memakai kecap Bango dan minumnya The Sosro, Kenapa anda enggak ikut memakainya!
“ begitu kira-kira yang ingin disampaikan Perusahaan Kecap cap bango dan The
Botol Sosro dalam acara itu.Begitu efektifnya promosi model ini dan akan
menghemat biaya yang relative murah,
kena sasaran dan akan ada efek berantai.
terimakasih tulisannya sangat bermanfaat
BalasHapus