Translate

Rabu, 30 Januari 2013

STRATEGI HARGA



STRATEGI HARGA

a.         Strategi penetapan harga produk baru

Startegi penetapan harga biasanya berubah kalau produk melewati berbagai tahap daur hidupnya. Tahap introduksi memberikan tantangan paling besar. Kita dapat membedakan antara penetapan harga produk yang meniru produk yang sudah ada dan penetapan harga produk inovatif yang hak patennya dilindungi.
            Sebuah perusahaan yang merencanakan untuk mengembangkan produk  tiruan baru menghadapi masalah pemosisian produk.     Perusahaan harus memutuskan  di mana memposisikan produknya terhadap produk  saingannya dalam mutu dan harga.
            Strategi nilai baik merupakan cara menyerang pemasang harga premium .    Mereka mengatakan “ Kami mempunyai mutu tinggi, tetapi  dengan harga  yang lebih rendah .”
            Dengan  menggunakan startegi pemasangan harga tinggi, perusahaan menetapkan harga produk  terlalu tinggi  sehubungan dengan mutunya, Akan tetapi, dalam  jangka panjang pelanggan kemungkinan akan merasa diperas. Mereka akan berhenti membeli produk  dan akan menyampaikan keluhan kepada orang lain mengenai hal itu. Jadi startegi ini harus dihindari.
           Perusahaan yang meluncurkan produk inovatif  yang dilindungi hukum  paten menghadapi tantangan mengenai  penetapan harga untuk pertama kalinya. Mereka dapat memilih satu dari dua strategi : Penetapan harga untuk meraup pasar kelas atas dan penetapan harga penetrasi pasar
            Penetapan harga meraup pasar.     Menetapkan harga tinggi untuk produk baru agar dapat meraup pendapatan  maksimal lapis demi lapis dari segmen yang bersedia membayar harga tinggi : perusahaan melakukan penjualan lebih sedikit tapi lebih banyak mendatangkan laba.
            Penetapan harga penetrasi pasar.   Menetapkan harga rendah untuk produk baru agar dapat menarik pembeli dalam jumlah besar dan meraih pangsa pasar.

            Home depot melakukan penetapan harga penetrasi pasar. Harga yang ditetapkannya “dijamin rendah, setiap hari “ untuk menarik volume tinggi yang kemudian akan menghasilkan biaya rendah dan akibatnya harganya dapat ditekan lagi.
b.         Strategi penetapan harga bauran produk
            Strategi untuk menetapakan harga produk sering kali harus diubah kalau produk merupakan  bagian dari bauran  produk. Dalam  hal ini, perusahaan  mencari beberapa harga yang memaksimalkan laba dari bauran produk total. Penetapan harga sulit karena berbagai produk mempunyai permintaan dan biaya  yang terkait serta menghadapi tingkat persaingan yang berbeda. Kita akan meninjau lebih rinci lima situasi penetapan harga bauran produk yang diringkas  dalam tabel 12-1.
Tabel 12-1Strategi penetapan harga bauran produk
STRATEGI
URAIAN
Penetapan harga lini produk
Menetapkan lompatan harga antara jenis barang dalam satu lini produk.
Penatapan harga produk pilihan
Menetapkan harga produk pilihan atau hambatan yang dijual bersama dengan produk utama.
Penetapan harga produk terikat
Menetapkan harga produk yang harus digunakan bersama dengan produk utama
Penetapan harga produk sampingan
Menetapkan harga produk sampingan yang kurang bernilai agar dapat terbebas darinya
Penetapan harga paket produk
Penetapan harga paket produk yang dijual bersama-sama
            Penetapan harga lini produk.          Menetapkan perbedaan harga antara berbagai produk dalam lini produk  berdasarkan pada perbedaan biaya antara produk , penilaian pelanggan  atas sifat-sifat yang berbeda dan harga pesaing.
            Penetapan harga Produk Pilihan.   Penetapan harga produk  pilihan atau tambahan bersama dengan produk utama.
            Penetapan Harga produk terikat.   Penetapan harga untuk produk yang harus dipergunakan bersama dengan produk utama, seperti pisau silet untuk alat pencukur           dan film untuk kamera.
            Penetapan harga produk sampingan.         Penetapan harga untuk produk sampingan agar harga produk utama dapat lebih besaing.
            Penetapan harga paket produk.                  Menggabungkan         beberapa produk  dan menawarkan paket dengan harga lebih murah.
c.         Strategi penyesuaian harga
            Perusahaan biasanya menyesuaikan harga dasar mereka dengan memperhitungkan berbagai macam pelanggan dan situasi yang berubah. Tabel 12-2 meringkas tujuh strategi penyesuaian harga penetapan harga diskon dan pengurangan harga, penetapan harga tersegmentasi, penetapan harga psikologi, penetapan harga promosi, penetapan harga berdasarkan nilai, penetapan harga geografi, dan penetapan harga internasional.
Tabel 12-2
STRATEGI
URAIAN
Penetapan harga diskon dan pengurangan harga.
Mengurangi harga untuk menghargai pelanggan yang memberikan respons seperti membayar lebih awal atau mempromosikan produk.
Penetapan harga ter-segmentasi
Menyesuaikan harga agar ada perbedaan untuk pelanggan, produk, atau lokasi.
Penetapan harga psikologik
Menyesuaikan harga untuk dampak psikologik
Penetapan harga promosi
Sementara mengurangi harga untuk menaikan penjualan jangka pendek
Penetapan harga ber-dasarkan nilai
Menyesuaikan harga  untuk menawarkan kombinasi yang tepat dari mutu dan pelayanan dengan harga yang wajar
Pentapan harga geografi
Menyesuaikan harga untuk memperhitungkan lokasi geografi pelanggan
Pentapan harga internasional
Menyesuaikan harga untuk pasar internasional

Penetapan harga  diskon dan pengurangan harga
Diskon tunai .  Pengurangan harga bagi pembeli yang membayar tagihan tepat waktu.
Diskon pembelian banyak.      Pengurangan harga bagi pembeli yang membeli dalam jumlah besar.

Diskon fungsional.      Pengurangan harga ditawarkan oleh penjual kepada anggota  saluran distribusi yang melakukan fungsi tertentu, seperti menjual menyimpan  dan mencatat.
Diskon musiman.        Pengurangan harga bagi pembeli barang dagangan atau jasa diluar musim.
Pengurangan harga.                 Uang promosi yang dibayarkan oleh pabrik kepada pengecer sebagai imbalan atas persetujuan  untuk mendukung produk dengan cara tertentu.
Pentetapan harga tersegmentasi.         Menjual satu produk  atau jasa dengan dua harga atau lebih walaupun perbedaan harga tidak didasarkan pada perbedaan biaya.
Penetapan harga tersegmentasi.
Penentapan harga tersegmentasi : Ramada menggunakan penetapan penetapan harga segmen pelanggan dan musim serta insentif lain, untuk menarik  wisatawan keluarga di musim panas. Musim panas ini, “empat orang dewasa boleh tinggal dalam satu kamar dengan harga satu orang dan anak-anak selalu gratis.”
Penetapan Harga Psikologis.
Penetapan harga psikologis pendekatan penetapan harga yang mempertimbangkan psikologis harga dan bukan hanya ekonomi : harga dipakai untuk menyatakan sesuatu mengenai produk.
Harga pembanding harga yang diingat oleh pembeli dan dijadikan pembanding ketika mengamati suatu produk.
Penetapan harga untuk promosi : Perusahaan sering kali menurunkan harga untuk sementara guana menarik pelanggan dan mendongkrak penjualan.
Penetapan harga untuk promosi.         Untuk sementara perusahaan menetapkan harga di bawah harga terdaftar, dan kadang-kadang  bahkan di bawah biaya produksi, untuk meningkatkan penjualan jangka pendek.
Penetapan harga berdasarkan nilai.     Menawarkan kombinasi yang tepat dari mutu dan jasa yang baik dengan harga yang pantas.
Penetapan harga berdasarkan Geografik.
Penetapan harga FOB-origin. Salah satu strategi penetapan harga geografik dengan mengangkut barang sampai di atas kendaraan pengangkut pelanggan membayar ongkos dari pabrik ke tempat tujuan.

Penetapan harga dengan ongkos kirim seragam.        Strategi penerapan harga geografik dengan harga yang sama ditambah ongkos kirim kepada semua pelanggan, tidak peduli lokasi mereka.
Pentapan harga berdasarkan zona.                  Strategi penetapan harga geografik dengan perusahaan menetapkan dua zona atau lebih . Semua pelanggan yang berada dalam zona yang sama membayar total harga yang sama : semakin jauh zona tadi harganya semakin tinggi.
Penetapan harga berdasarkan pangkalan.                   Strategi penetapan harga geografik dengan penjual mentapkan beberapa kota sebagai pangkalan dan menghitung ongkos kirim dari kota tersebut ke tempat pelanggan, tidak peduli dari kota mana barang tersebut sebenarnnya dikirimkan.
Pentetapan harga termasuk ongkos kirim.      Strategi penetapan harga geografik dengan penjual menanggung semua atau sebagian ongkos kirim sebenarnya agar memperoleh bisnis yang diinginkan.   
Penetapan harga internasional.
Perusahaan yang memasarkan produk mereka secara internasional harus memutuskan berapa harga yang dikenakan  dalam negara di tempat mereka beroperasi. Dalam beberapa kasus, sebuah perusahaan dapat menetapkan harga seragam untuk seluruh dunia. Misalnya Boeing menjual pesawat jetnya dengan harga  yang kurang lebih sama di manapun, baik di Amerika Serikat, Eropa,maupun negara-negara Dunia Ketiga. Akan tetapi, kebanyakan perusahaan menyesuaikan harga untuk mencerminkan kondisi pasar lokal dan pertimbangan biaya.
d.         Perubahan harga
            Setelah mengembangkan struktur dan strategi penetapan harga, perusahaan sering kali menghadapi situasi yang memaksa mereka  memelopori perubahan harga atau memberi respons  terhadap perubahan harga oleh pesaing.
Memelopori perubahan harga. Dalam beberapa kasus,perusahaan mungkin merasa ingin menjadi pelopor dalam menurunkan atau menaikan harga. Dalam kasus menaikan atau menurunkan harga, perusahaan harus mengantisipasi kemungkinan reaksi pembeli dan pesaing.
Memelopri penurunan harga.              Beberapa situasi mungkin menyebabkan perusahaan  perlu mempertimbangkan untuk menurunkan harga. Salah satu situasi seperti itu adalah kelebihan kapasitas. Dalam hal ini, perusahaan memerlukan  bisnis lebih banyak dan tidak bisa mendapatkannya  lewat usaha penjualan,  perbaikan produk  , atau cara  lain. Perusahaan dapat meningkatkan “ penetapan harga mengikuti pemimpin pasar “  menetapkan  harga kira kira sama  dengan pesaing  utama dan secara  agresif menurunkan harga untuk mendongkrak penjualan. Tetapi seperti yang dialami perusahaan penerbangan, peralatan konstruksi, dan industri lain dalam beberapa  tahun belakangan ini, menurunkan harga dalam satu industri yang kelebihan kapasitas mungkin mengawali perang harga saat pesaing mencoba mempertahankan pangsa pasar.
Memelopori kenaikan harga.   Sebaliknya banyak perusahaan terpaksa harus menaikkan harga dalam tahuna–tahun belakangan ini mereka yang melakukan hal ini, mengetahui bahwa kenaikan harga mungkin disesali oleh pelanggan,  agen, dan bahkan tenaga penjual mereka sendiri. Tetapi kenaikan harga  yang sukses  dapat meningkatkan laba.             Misalnya, bila perusahaan mengambil laba sebesar tiga persen dari penjualan, kenaikan harga sebesar satu persen akan meningkatkan laba sebesar 33 persen bila volume penjualan tidak terpengaruhi.
Rekasi pembeli terhadap perubahan harga.     Apakah harga dinaikan atau diturunkan, tindakan tersebut akan mempengaruhi pembeli, pesaing, distributor, dan pemasok serta mungkin kepentingan pemerintah juga. Pelanggan tidak selalu menginterpretasikan harga secara langsung. Mereka mungkin memandang penurunan harga dengan berbagai cara .Misalnya, apa pendapat anda kalau tiba-tiba Sony menurunkan harga VCR-nya sebanyak 50 persen ? Anda mungkin terpikir VCR ini akan segera diganti dengan model  yang lebih baru atau mungkin mereka  menemukan ada kesalahan dan penjualannya seret. Anda mungkin berpikir bahwa Sony sedang mengalami kesulitan  keuangan dan mungkin keluar dari bisnis ini cukup lama sehingga tetap menyediakan suku cadang. Anda mungkin merasa yakin bahwa mutunya telah  menurun. Atau  anda mungkin berpendapat  bahwa harga akan turun  lagi dan lebih menguntungkan untuk menunggu sementara.
Reakasi pesaing terhadap perubahan harga.   Sebuah perusahaan yang sedang memikirkan perubahan harga harus khawatir mengani reaksi para pesaingnya di samping para pelanggannya. Kemungkinan besar pesaing memberi  reaksi   kalau jumlah perusahaan yang terlibat kecil. Kalau produk yang dibuat seragam , dan kalau pembeli mendapat informasi lengkap.
Reaksi tehadap perubahan harga.       Disini kita akan  membalik pertanyaan  dan bertanya bagaimana sebaiknya perusahaan memberikan  reaksi terhadap perubahan harga yang dilakukan pesaing . Perusahaan perlu  mempertimbangkan beberapa  hal : Mengapa pesaing mengubah harga ?  apakah perubahan itu merebut pangsa pasar  lebih besar,  menggunakan kelebihan kapasitas, mencapai kondisi biaya yang berubah, atau memimpin perubahan  harga untuk seluruh industri ?  Apakah perubahan harga itu bersifat  sementara atau permanen ? Apa yang  akan terjadi pada pangsa pasar dan laba jika perusahaan tidak memberikan reaksi  ? Apakah perusahaan lain akan memberikan reaksi ? Dan apa kira-kira reaksi pesaing dan perusahaan lain terhadap setiap reaksi yang mungkin terjadi ? 
            Disamping persoalan–persoalan di atas, perusahaan harus membuat analisis yang lebih luas. Perusahaan harus  memperhatikan tahap daur hidup produknya sendiri, kepentingan produk dalam  bauran produk perusahaan, kehendak  dan sumber daya pesaing, serta kemungkinan reaksi konsumen  terhadap perubahan  harga. Akan tetapi perusahaan tidak selalu dapat melakukan analisis yang luas atas alternatifnya pada saat terjadi perubahan harga. Pesaing mungkin sudah membuang banyak waktu untuk mempersiapkan keputusan ini, tetapi perusahaan mungkin harus beraksi  hanya dalam beberapa  jam atau hari. Mengenai satu-satunya cara mengurangi waktu reaksi adalah membuat rencana jauh-jauh hari untuk kemungkinan perubahan harga oleh pesaing dan kemungkinan reaksinya.


Daftar pustaka


Kotler, Philip. Dasar-Dasar Pemasaran Philip Kotler, Gary Armstrong : Alih bahasa, Alexander Sindoro ; Penyunting, Benyamin Molan.- Jakarta : Prenhallindo, 1977.
2 jil : ilus ; 27 cm

PENETAPAN HARGA





PENETAPAN HARGA

            Strategi  penetapan harga merupakan topik yang sering kurang dimengerti untuk banyak manajer  perusahaan. Banyak manajer terlalu optimis terhadap permintaan akan banyak produk atau jasa mereka maupun terhadap harga yang mereka tetapkan atas produk atau jasa tersebut.
            Sedikit manajer yang menyadari bahwa kebijakan penetapan harga merupakan bagian penting dari rencana usaha, yang harus disusun guna membuktikan bahwa  perusahaan akan mampu menghidupi pemilik maupun karyawan, serta menghasilkan laba yang layak atas uang yang telah ditanamkan.
            Jika uang tersebut diperoleh dari pinjaman, berarti ada bunga yang harus dibayarkan dan pihak kreditor akan merasa perlu untuk mengkaji rencana usaha yang ---dalam beberapa hal --- menjadi satu-satunya jaminan mereka dalam memberikan pinjaman.
            Oleh karena itu, masalah penetapan harga merupakan bagian dan barangkali bahkan merupakan salah satu unsur penting dari pendekatan disiplin dalam menjalankan usaha. Selain itu masalah penetapan harga mencakup segala usaha untuk mencocokkan biaya dan volume penjualan dengan harga yang bersedia dibayar oleh pembeli sedemikian rupa sehingga mampu  memberi nafkah bagi pemilik usaha, menyediakan lapangan kerja yang layak bagi karyawan dan  memberikan laba bagi pembiayaan usaha di  masa depan dan --- dalam hal unit usaha yang besar --- membayar deviden bagi para pemegang saham.
            Harga suatu barang lebih ditentukan oleh pandangan orang mengenai nilai barang itu. Jadi tidak serta merta terkait secara langsung dengan biaya pembuatan barang tersebut.
            Itulah sebabnya mengapa gagasan-gagasan yang baik cenderung tidak komersial, karena biaya pembuatan dan pemasarannya melampaui kesediaan orang untuk membayar. Biaya pembuatan suatu barang ataupun pengadaan suatu jasa pelayanan, harus benar-benar dihitung secara cermat dan diperbandingkan dengan harga pasar sedemikian rupa sehingga kita dapat memperkirakan rentabilitasnya.


Dari uraian di atas, dapat diambil beberapa pengertian sebagai berikut :
1.      Harga adalah jumlah uang yang bersedia dibayar oleh pembeli dan bersedia diterima oleh penjual.
2.      Laba adalah jumlah uang yang tersedia untuk membiayai pergantian peralatan, perluasan usaha dan deviden bagi pemegang saham
3.      Harga tidak semata-mata terdiri dari perkiraan biaya ditambah laba.

A.        Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Bila Menetapkan Harga.

Sebelum menetapkan harga jual, ada empat hal yang  harus diperhatikan :

1.            Selidikilah harga pasar dari produk yang bersangkutan melalui riset pasar dan dengan mengacu pada harga yang ditetapkan pesaing untuk produk sejenis.
2.            Pastikan juga besarnya pasar dan besarnya segmen pasar atau volume penjualan yang realistis bagi produk yang akan dipasarkan.
3.            Hitunglah biaya pembelian atau pembuatan produk serta biaya pemasarannya, yang dalam hal ini adalah biya langsung dan kurangkanlah dari harga pasar guna menentukan jumlah laba kotor yang mungkin diperoleh.
4.            Hitunglah tingkat penjualan yang menjamin titik impas (breakevent) pada harga pasar yang berlaku yaitu volume penjualan yang harus  dicapai agar terhindar dari kerugian.

            Setelah memenuhi keempat kriteria tersebut di atas, kita dapat menetapkan harga pasar dengan penuh keyakinan bahwa segala  perkiraan kita akan dapat terealisasi dan perusahaan akan  mendapatkan laba.

Riset pasar dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1.            Menggali informasi secara luas dari beberapa buku-buku acuan ataupun hasil survei perdagangan yang banyak tersedia di perpustakaan
2.            Survei door to door (dari rumah ke rumah), melalui wawancara di jalan atau dengan menganalisis daftar barang-barang dagangan.

             Riset pasar memang melelahkan dan memerlukan waktu yang tidak sedikit, tetapi jelas sangat berperan penting dalam penyusunan rencana usaha yang logis. Setelah menetapkan harga jual yang diinginkan dan  mendapatkan gambaran mengenai besarnya segmen pasar, perhatikanlah dengan seksama laba kotor yang mungkin diraih. Dalam hal ini, hitunglah biaya langsung untuk masing-masing produk, yang mungkin terdiri atas biaya pembelian barang dari grosir atau biaya-biaya pembelian bahan mentah dan komponen yang diperlukan untuk membuat barang tersebut. Kemudian, kurangkanlah biaya langsung tersebut dari harga jual yang ditetapkan sehingga diperoleh laba kotor.
            Kadang-kadang akan lebih mudah bila laba kotor dinyatakan sebagai presentase terhadap harga jual.
            Sekarang kita dapat menilai apakah produk-produk tersebut cukup menguntungkan untuk dijual ataupun diproduksi. Untuk itu,  hitunglah titik impas untuk masing-masing produk. Caranya adalah dengan  membagi biaya operasi dengan laba kotor per unit.
            Seorang pengecer  dapat mengetahui jumlah total penjualan yang harus dipenuhi agar memperoleh laba. Jika dia menetapkan jumlah laba yang diinginkan, dia dapat membuat rencana pemasaran untuk merealisasikannya. Pihak pabrikan dapat juga melakukan hal yang sama tetapi dia juga harus memastikan bahwa kapasitas pabrik dan peralatannya, di samping kapasitas tenaga kerjanya, cukup memadai untuk memproduksi jumlah barang yang ingin dijualnya.
            Titik impas dapat dinyatakan sebagai persentase terhadap kapasitas produksi. Tidak jarang pengusaha yang  menetapkan titik impas 80 % terhadap kapasitas produksinya. Ini, sesungguhnya berarti bahwa pabrik beroperasi dari Senin hingga Kamis untuk menutup biaya operasi dan Jum’at untuk memperoleh laba. Akan tetapi, dalam menetapkan persentase tersebut, pastikanlah bahwa kapasitas yang tersedia setelah mencapai titik impas mencukupi untuk mendapatkan laba yang diharapkan.
            Perhatikan bahwa laba tidak akan diperoleh kecuali sebelum tingkat penjualan melampaui batas titik impas. Jadi jelas keliru bila kita menghitung harga semata-mata dengan menambahkan persentase tertentu laba terhadap biaya per unit, dengan anggapan bahwa setiap unit barang akan menghasilkan laba. Mekanisme penetapan harga tidaklah sesederhana itu.
Yang harus diingat adalah :
1.            Laba tidak diperoleh pada penjualan setiap unit barang.
2.            Laba baru diperoleh setelah volume penjualan melampaui batas titik impas.

B.        Pendekatan Umum Dalam Penetapan Harga.

1.         Laba

   Laba bukan hanya dibutuhkan sebagai sumber pemberian deviden bagi para pemegang saham ataupun pengembalian atas  modal pemilik. Melainkan, laba juga berperan sebagai dana pembiayaan penggantian peralatan ataupun penambahan aktiva perusahaan seperti peralatan dan kendaraan bermotor, serta menyediakan dana bagi perluasan usaha. Perluasan atau pertumbuhan usaha selalu membutuhkan dana yang tidak sedikit.
   Modal yang ditanam dalam perusahaan adalah dana yang tersimpan di bank, jumlah pinjaman dari pihak kreditur  dan nilai kekayaan serta persediaan barang yang disimpan. Keseluruhan jumlah uang ini, selain ditanamkan dalam perusahaan dapat juga dimasukkan sebagai simpanan di bank untuk  mendapatkan bunga atau membangun kondominium untuk mendapatkan sewa. Melalui kedua cara alternatif ini, kita bisa mendapatkan penghasilan dan barangkali juga peningkatan modal tanpa menghadapi resiko sebagaimana halnya bila kita menjalankan kegiatan usaha.
   Jadi, laba sebagai persentase dari modal yang ditanamkan dalam perusahaan harus paling sedikit sama besarnya dengan persentase yang dihasilkan dari bentuk investasi lain. Malah seharusnya jumlah laba yang dihasilkan ini jauh lebih besar sedemikian rupa sehingga mampu mengkompensasi resiko yang dihadapi. Metode penilaian, yang disebut sebagai “pengembalian atas modal” ini sama pentingnya apabila kita ingin meminjam modal baru karena memungkinkan calon investor untuk membandingkan alternatif pilihan antara membuka usaha dan bentuk-bentuk investasi lainnya.
   Meskipun sering dikutip dalam berbagai studi mengenai rentabilitas perusahaan, sesungguhnya angka ini tidak mempunyai arti sama sekali bila dianalisis secara terpisah. Angka ini baru berguna bila kita kaitkan dengan ukuran penjualan sebagai persentase dari  modal yang ditanam.
   Angka tersebut dipakai untuk menunjukkan bahwa posisi yang baik telah tercapai apabila “perputaran modal” mencapai dua kali lipat dan laba mencapai 10% terhadap penjualan. “Perputaran modal sebesar dua kali lipat” berarti bahwa volume penjualan mencapai dua kali lipat dari modal yang ditanam.
   Setelah menetapkan jumlah laba yang diinginkan, maka persoalan berikutnya adalah mencari cara untuk memasukkan unsur laba tadi ke dalam  harga jual. Sebagaimana halnya pada pembebanan biaya operasi, ada banyak cara untuk memperhitungkan unsur laba ke dalam harga jual dan tidak ada satu pun yang benar. Jadi  masalahnya adalah bagaimana mencari rumusan yang paling  menjamin pencapaian sasaran laba secara keseluruhan tetapi tetap mempertahankan harga bersaing untuk  masing-masing barang.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan.
1.                  Laba dihitung sebagai persentase terhadap total biaya, dalam hal ini adalah biaya langsung ditambah biaya operasi.
2.                  Laba dihitung hanya sebagai persentase terhadap biaya langsung.
3.                  Laba dihitung hanya sebagai persentase terhadap biaya operasi.
4.                  Memperhitungkan laba yang diinginkan ke dalam biaya operasi, atau dengan kata lain memasukkannya sebagai bagian dari bea beban.
5.                  Menetapkan laba per unit secara tetap.

           Cara pertama sama saja dengan menghitung persentase terhadap perputaran modal dan karenanya pencapaian laba sangat tergantung pada volume penjualan. Cara ini juga berarti bahwa semakin mahal produk atau pekerjaan yang ditawarkan, akan semakin besar marjin laba yang diperoleh yang tentu saja menyebabkan harga menjadi lebih mahal. Keadaan semacam ini tidak selalu diharapkan.
   Penggunaan persentase terhadap biaya langsung mencerminkan marjin laba yang lebih besar bagi produk atau pekerjaan yang menggunakan atau mengandung lebih banyak bahan baku. Cara ini  menjadi logis dalah hal tingginya biaya penyimpanan persediaan ataupun bahan baku, tatapi perbedaan yang timbul apabila kita menggunakan cara alternatif dalam menghitung harga jelas akan menghadapkan kita pada  masalah yang serius. Dalam hal ini, harga jual bervariasi secara tidak sepadan dengan perubahan harga bahan mentah.
   Metode ketiga, yakni menghitung harga hanya sebagai persentase terhadap biaya langsung mampu menanggulangi problema di atas tetapi di lain pihak mengabaikan masalah biaya penyimpanan persediaan. Bagaimanapun, kadang-kadang cara ini dianggap lebih relevan dalam mencapai sasaran hasil pengembalian atas modal yang layak karena mengkaitkan laba dengan unsur waktu, upah dan biaya eksploitasi. Memasukkan laba sebagai bagian dari bea beban berarti mengkaitkan laba sepenuhnya pada unsur waktu dan hanya cocok untuk industri yang bersifat padat karya yakni apabila upah  merupakan bagian terbesar dari biaya operasi.
   Menghitung laba per unit  secara tetap dapat diterapkan pada industri kecil, dimana laba dapat dihitung untuk setiap meter persegi kain, tanpa peduli pada bentuk rancangannya. Dengan demikian, total laba hanya dipengaruhi oleh jumlah  meter persegi kain yang terjual. Intinya adalah bagaimana mencari sistem perhitungan yang menghasilkan harga bersaing secara konsisten, menciptakan pesanan dan memberikan laba bagi perusahaan. 

2.         Harga Titik Impas (Breakeven)

   Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, harga titik impas berarti bahwa harga jual dihitung dengan terlebih dulu menentukan volume penjualan yang menjamin perusahaan mencapai titik impas dalam rangka mencapai sasaran laba yang diharapkan.
   Metode ini mensyaratkan bahwa kapasitas usaha diketahui dengan pasti. Bagi pihak pabrikan, kapasitas usaha adalah jumlah produk yang dapat dihasilkan sesuai jam kerja normal pada tingkat efisiensi yang memungkinkan. Bagi perusahaan kontraktor, kapasitas usaha adalah jumlah jam kerja atau hari kerja yang tersedia.
   Misalkan kapasitas suatu  pabrikan adalah 6000 unit dan titik impas akan dicapai bila perusahaan beroperasi pada tingkat 60% terhadap kapasitas. Dengan kata lain, titik impas akan tercapai pada volume penjualan sebesar 3600 unit. Jika biaya operasi perusahaan adalah Rp. 15 juta, maka :

Laba kotor akan sebesar Rp. 15 juta dibagi dengan 3600 = Rp. 4.170,-/unit.    
Bila kita tambahkan angka Rp. 4.170,- ini terhadap biaya langsung, akan kita peroleh harga jual per unit untuk produk tersebut.

   Misalkan jumlah jam kerja yang tersedia bagi suatu kontrak kerja adalah 200 hari dan titik impas akan dicapai pada tingkat operasi sebesar 60% terhadap kapasitas. Dengan kata lain, titik impas akan tercapai bila perusahaan beroperasi selama 120 jam. Jika biaya operasi perusahaan adalah Rp. 15 juta, maka :

Laba kotor akan sebesar Rp.15 juta dibagi dengan 120 =Rp.125.000,-/hari.
Bila kita tambahkan angka Rp. 125.000,- ini terhadap biaya langsung, akan kita peroleh harga jual per unit untuk pekerjaan tersebut.

   Dua keunggulan yang akan kita peroleh dari metode titik impas adalah prosedur perhitungannya yang sederhana dan fakta bahwa metode ini menawarkan unsur pengawasan yang sederhana. Dalam contoh di atas, pihak pabrikan dan pihak kontraktor akan memperoleh laba, berturut-turut, jika penjualannya dan jam kerjanya melampaui 3600 unit dan 120 hari kerja.
   Jadi jelas bahwa penghitungan biaya langsung secara menyeluruh, dalam hal ini mencakup seluruh unsur biaya di luar biaya operasi, merupakan hal yang teramat penting.

3.         Bea Beban.

   Bea beban adalah biaya per jam kerja yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha secara keseluruhan. Bea beban dapat juga didefinisikan sebagai biaya per jam kerja untuk penggunaan sebuah mesin atau seorang pekerja dalam suatu divisi perusahaan.
   Pada kenyataannya, bea beban dapat juga digunakan untuk membandingkan efisiensi operasi antar kurun waktu yang berbeda, membandingkan biaya yang dikeluarkan untuk berbagai alternatif metode produksi, atau menilai biaya (manfaat dari penggunaan mesin sebagai pengganti sistem manual).
   Bea beban adalah perkiraan biaya operasi tahunan dibagi dengan jumlah jam kerja yang tersedia dalam setahun.
   Yang  harus dicantumkan hanyalah elemen biaya yang tetap atau hampir tidak berubah tanpa peduli berapa pun tingkat produksi atau penjualan yang dilakukan perusahaan.
   Jangan lupa untuk memasukkan unsur upah dan gaji yang dibayarkan kepada karyawan maupun dewan direksi kecuali upah dan gaji yang tergolong sebagai biaya langsung. Penggunaan uang untuk keperluan pribadi pemilik ataupun mitra usaha juga harus diperhitungkan karena memang merupakan bagian dari biaya usaha.
   Perhitungkan pula setiap antisipasi kenaikan biaya karena perhitungan bea beban  mengandung unsur biaya saat ini dan di masa depan.
   Sistem pembukuan yang digunakan hendaknya mampu memberikan informasi yang memadai dalam hal pengeluaran biaya di masa lalu. Unsur pengeluaran di masa lalu ini kelak akan diperbarui guna menghasilkan angka pengeluaran biaya saat ini. Kemudian, hitunglah jumlah jam kerja yang tersedia dalam tahun berjalan.
   Kita ketahui bahwa biaya operasi menunjukkan angka biaya langsung per jam kerja dari masing-masing kelompok mesin. Untuk menghitung bea beban dari masing-masing kelompok mesin, kita tinggal menambahkan angka tersebut dengan persentase biaya eksploitasi yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi secara keseluruhan.
   Perhitungan harga semata-mata merupakan persoalan mengalikan jam kerja mesin dengan bea beban pabrik dan kemudian menambahkannya dengan biaya langsung.
   Dengan analisis biaya, memberikan informasi mengenai beberapa sasaran dan ukuran seperti penggunaan mesin (jumlah jam kerja aktual mesin) dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing divisi dalam perusahaan.



Daftar Pustaka

·               Taktik Menetapkan Harga (Pricing For Profit), Gregory Lewis, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.